06
Okt
10

HARIMAU JAWA: INVESTIGASI, EKSISTENSI & ADVOKASINYA*


Oleh: Didik Raharyono**)

Latar Belakang Penelitian Harimau jawa
1. Klaim punah bagi harimau jawa sudah menginternasional, tetapi masyarakat tepi hutan di Jawa masih menginformasikan perjumpaan harimau loreng. Meskipun begitu belum banyak yang menjadikan informasi ini sebagai bahan kajian riset.
2. Pelaporan perihal pembantaian dan penangkapan harimau jawa masih terjadi, namun tidak ada yang tergerak untuk melakukan usaha-usaha pembelaannya.
3. Habitat terakhir harimau jawa pasca penelitian Steidensticker 1974 sebenarnya bukan hanya di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) Jawa Timur.
4. Perlunya kajian ilmiah guna pengakuan eksistensi, penyelamatan, perlindungan dan pelestarian harimau jawa beserta habitatnya.
5. Penyelamatan harimau jawa identik dengan penyelamatan habitat hutan yang berarti juga menyelamatkan ekosistem Pulau Jawa secara menyeluruh.
6. Kemampuan mengelola kernivor besar mencerminkan kemampuan pengelolaan ekosistem secara berkelanjutan.

Sejarah Kegiatan Investigasi
Pasca klaim kepunahan harimau jawa tahun 1996, investigasi awal diinisiasi oleh KAPPALA Indonesia bekerja sama dengan FK3I Jawa Timur, PIPA Besuki dan Mitra Meru Betiri yang dikemas dalam Ekspedisi Pendidikan Lingkungan untuk Pecinta Alam: Agustus 1997 di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur. Kegiatan ekspedisi ini diikuti oleh 21 organisasi Pecinta Alam se Jawa guna menemukan indikasi keberadaan harimau jawa berdasarkan kesaksian masyarakat tepi kawasan.

Kegiatan Investigasi Lanjutan
Atas berbagai bukti temuan indikasi keberadaan harimau jawa oleh tim PL Kapai’97, maka mengilhami kegiatan-kegiatan investigasi selanjutnya, diantaranya:

Investigasi Tahap I (Pra-PKJ)
1. Inventarisasi harimau jawa di TNMB, Nopember 1997 oleh: Balai TNMB, PIPA dan MMB.
2. Inventarisasi harimau jawa di luar kawasan TNMB, Februari 1999 oleh: BKSDA Jatim II, MMB dan FK3I Forda Besuki.
3. Ekspedisi harimau jawa di Gunung Slamet, PL-Kapai’99, April 1999 oleh Kappala Indonesia dengan 19 organisasi Pecinta Alam dan LSM Lingkungan se Jawa dan Lampung.
4. Inventarisasi habitat macan di Gunungkidul Jogjakarta, Desember 2000 oleh BKSDA DIJ, TPPFHJ-KAPPALA Indonesia dan Prasetyo.
5. Investigasi harimau jawa di Gunung Muria, 2001 oleh TPPFHJ-KAPPALA Indonesia.

Investigasi Tahap II (PKJ)
6. Investigasi harimau jawa di Gunung Merapi, 2002 oleh PKJ.
7. Investigasi harimau jawa di Garut Selatan, 2003 oleh PKJ.
8. Investigasi harimau jawa di Pegunungan Menoreh, 2003 – 2004 oleh PKJ.
9. Investigasi harimau jawa di Gunungkidul, 2004 oleh PKJ, Theo-dan teman-teman Wonosari.
10. Investigasi harimau jawa di Lereng Utara Gunung Slamet, Juli 2004 oleh PKJ.
11. Investigasi harimau jawa di Gunung Muria, 2004 oleh MRC UMK, PPS Jogja & PKJ.
12. Survey darat pemasangan Kamera Trap di TNMB, Nopember 2004 oleh Balai TNMB, KAPPALA Indonesia, PKJ dan STCP.
13. Survey awal guna pemasangan Video Traping di TNMB, Agustus 2005 oleh Zoo de Doue (Laurent Jefrion – Perancis), Balai TNMB dan PKJ.
14. Pendidikan Lingkungan untuk Pecinta Alam’05 di Gunung Ungaran, Agustus 2005, oleh KAPPALA Indonesia, PKJ dan 20 organisasi Pecinta Alam se Jawa.

Hasil Investigasi
1. Kesaksian Masyarakat Pelihat Harimau Loreng:
a. Masyarakat Jawa Tengah
b. Masyarakat Jogjakarta
c. Masyarakat Jawa Timur
d. Foto sosok harimau jawa tertembak tahun 1957 dari Jawa Timur.

2. Spesimen sisa pembantaian:
a. Sobekan Kulit Harimau jawa dari Jawa Tengah, dibunuh tahun 1995.
b. Sobekan Kulit Harimau jawa dari Jawa Tengah, dibunuh tahun 1996.
c. Gigi harimau jawa muda dari Jawa Timur, dibunuh tahun 1996.

3. Temuan bekas aktivitas:
a. Jejak: berukuran 26×28 cm ditemukan tahun 1997 dari TNMB.
b. Feses: diameter 7 cm ditemukan tahun 2004 dari TNMB.
c. Garutan: tinggi diatas 200 cm tahun 2004 dari TNMB, tahun 1999 dari Gn Raung; lebar antar kuku lebih dari 4 cm tahun 1999 dari Gn. Slamet.
d. Rambut: temuan 1997 dari TNMB; temuan 1999 dari Gn. Raung dan Gn Slamet; temuan tahun 2000 dari TN Alas Purwo: setelah diidentivikasi tahun 2001 menggunakan SEM di LIPI terbukti sebagai rambut harimau jawa. Temuan tahun 2004 dari TNMB dianalisis menggunakan mikroskup cahaya, terbukti sebagai rambut harimau jawa.

4. Informasi Penangkapan Harimau jawa:
Informasi Pasti
a. Tahun 1995, seekor harimau loreng dibunuh dari hutan jati di Blora Jawa Tengah. Kulit tubuhnya di jual untuk dibuat Rajah. (Informan)
b. Tahun 1996, seekor harimau jawa terperangkap dan dibunuh di lereng selatan Gunung Slamet Jawa Tengah. Kulit dan beberapa bagian anggota tubuhnya dibagikan ke masyarakat. (Informan).
c. Januari 1998, seekor harimau loreng berhasil dibunuh dari TNMB dijual ke Banyuwangi, seharga Rp. 7 Juta.
d. Tahun 2000, seekor harimau jawa di bantai oleh pemburu di hutan jati Blora Jawa Tengah.
Perlu Penyelidikan Lebih Mendalam
e. Tahun 2004, seekor anak harimau jawa ditangkap hidup-hidup dari (Alas Purwo/Meru Betiri/Gunung Ijen Jawa Timur?), dijual ke turis di Bali melalui pelabuhan Ketapang Banyuwangi seharga Rp 11 Juta. (Informan).
f. Seorang pemburu dari eks. Karesidenan Besuki, bersedia menangkapkan harimau loreng jawa jika diberi imbalan sebuah sepeda motor Astrea baru (sekitar Rp. 12 Juta). (Informan)
g. Seorang oknum di eks. Karesidenan Besuki, bersedia melepas opsetan harimau jawa jika di hargai dengan Rp 25 juta, tetapi mensyaratkan ada uang ada barang –karena sekaligus surat dokumentasi ‘legal-aspalnya’ disertakan. (Informan)

Eksistensi Harimau jawa
Untuk menyakinkan tentang masih eksisnya harimau jawa di Jawa, maka kita harus mengetahui karakteristik pembeda bekas aktivitas loreng dengan tutul. Sebab kedua karnivor keluarga kucing besar itu terdapat di Jawa.
1. Feses:
a. Harimau loreng jawa: diameter lebih dari 5 cm; mengandung kuku prey.
b. Macan tutul jawa: diameter 2 – 3 cm; mengandung daun tanaman.
2. Cakaran:
a. Harimau loreng jawa: jarak antar 2 kuku garutan lebih dari 4 cm.
b. Macan tutul jawa: jarak antar 2 kuku garutan kurang dari 3 cm.
3. Jejak:
a. Harimau loreng jawa: minimal berdiameter 14 cm
b. Macan tutul jawa: maksimal berdiameter 10 cm
4. Rambut:
a. Harimau loreng jawa: Medula bertipe Intermediate berpola Reguler
b. Macan tutul jawa: Medula bertipe Discontinous berpola Cresentik

Diseminasi Hasil Investigasi
1. Seminar Regional Hasil PL-Kapai’97, Mei 1998 di UBHARA Surabaya.
2. Seminar Nasional Hasil PL-Kapai’97 dan Investigasi Nopember’97, Desember 1998 di UC UGM. Dihasilkan 11 poin Rekomendasi.
3. Seminar Regional Harimau jawa di IAIN Sunan Kalijogo Jogjakarta, April 1999.
4. Diskusi pengkayaan draf buku Petunjuk Pengamatan Harimau jawa di Jakarta-Purwokerto-Jogjakarta-Jember Mei-Juni 2000 (disuport Zoo de Doue)
5. Penerbitan buku Berkawan Harimau Bersama Alam, 2002 oleh TPPFHJ-KAPPALA Indonesia (disuport Gibbon Foundation)
6. Penulisan artikel di rubik Ilmu Pengetahuan di Harian Nasional Kompas: “In Memoriam” Penelitian Harimau Jawa di Taman Nasional Meru Betiri (Antara Kamera Trap vs Amatan Manual) oleh Didik Raharyono (PKJ) Agustus 2003.
7. OnLine-nya website : http://www.javantiger.or.id oleh PKJ, Juli 2004 – Juli 2006.
8. Bedah buku Berkawan Harimau Bersama Alam di MRC UMK, Mei 2005.

Advokasi
Usaha investigasi hingga menghasilkan data tentang eksistensi harimau jawa belumlah menjadi akhir dari perjuangan, tetapi baru menjadi pondasi dasar untuk melakukan advokasi perlindungan dan pelestarian Ekosistem Pulau Jawa. Dengan harapan wildlife dan manusia dapat harmonis berbagi ruang kehidupan di Pulau Jawa, sebab satwa-tetumbuhan-bentang alam merupakan ‘pasak bumi’ untuk menjaga kesetimbangan ekosistem dan habitat manusia.
Perlindungan dan penyelamatan serta pelestarian harimau jawa berarti juga harus melindungi dan menyelamatkan serta melestarikan semua jenis prey dan tetumbuhan sumber pakannya serta habitat di mana satwa ini terindikasikan keberadaannya. Perlindungan dan penyelamatan serta pelestarian habitat sekaligus berimplikasi terhadap pelesatarian ekosistem Pulau Jawa di mana satwa ini tinggal. Ekosistem bisa lestari jika fungsi hutan, bentang alam beserta hidupan liar di dalamnya tetap terpelihara fungsinya. Pelestarian ekosistem berarti juga melestarikan daya dukung bagi kelangsungan hidup manusia dan generasi penerusnya.
Guna kegiatan perlindungan, penyelamatan dan pelestarian ekosistem Pulau Jawa diperlukan ‘tenaga dan daya’ yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan adanya manajemen kolaborasi antara Pemerintah, Organisasi Politik, DPRD I/II, Ilmuwan, Perguruan Tinggi, Masyarakat, NGO, Penegak Hukum dan Pengusaha untuk bersama-sama berbagi peran sesuai dengan kapasitas masing-masing dalam usaha menjaga kelestarian ekosistem Pulau Jawa.
Disebabkan oleh paham tersebut, maka Peduli Karnivor Jawa mengambil peran sebagai pusat informasi harimau jawa, dengan pangkalan di (www.javantiger.or.id. -sampai Juli 2006)

Kendala & Permasalahan
Percepatan pembuatan konsep manajemen konservasi karnivor jawa menghadapi berbagai tantangan:
1. Jika perolehan spesimen harimau jawa secara illegal, maka bagaimana status perlindungan hukum seorang Peneliti yang membeli bukti spesimen tersebut?
2. Ada penawaran spesimen harimau jawa hidup atau mati dengan harga sangat tinggi, bagaimana hal ini diatasi?
3. Kolaborasi kepentingan antara kebutuhan Ilmu Pengetahuan – Perlindungan Hukum – Kebutuhan Ekonomi belum bisa tersinkronisasikan. Ada solusi?
4. Preservasi kawasan konservasi dan non-konservasi yang menjadi habitat harimau jawa masih lemah. Tanggungjawab perlindungan kawasan dari segala bentuk pencurian harimau jawa masih belum jelas. Lalu bagaiman kita mengambil posisi?
5. Pola manajemen kawasan yang diindikasikan ada harimau jawa ‘belum optimum’ –sementara usaha pembuktian masih menjadi penghalang. Bagaimana bentuk pertangunggugatan pemangku kawasan ber-harimau jawa, jika tidak mampu mengelola kawasannya? Misalnya masih tingginya tingkat kecurian satwa.
6. Bagaimana membina ‘hubungan kemitraan’ dengan pihak-pihak yang masih membunuh harimau jawa sampai dengan tahun 2000?
7. Bagaimana peran kita sebagai kelompok peduli WILDLIFE di Jawa, untuk MERAPATKAN BARISAN atas kondisi riil diatas?

*) Disampaikan dalam Acara Diskusi Bulanan Wildlife Conservation Forum di Auditorium Fakultas Kehutanan UGM, Jogjakarta, 6 September 2005.
**) Wildlife Biologist. Alumni Fak. Biologi UGM 1998. Koordinator Inovasi Konservasi di PPS Jogjakarta. Koordinator PKJ. Saat ini menyiapkan Konsep Manajemen Konservasi Karnivor Jawa.


30 Tanggapan to “HARIMAU JAWA: INVESTIGASI, EKSISTENSI & ADVOKASINYA*”


  1. 1 werlington
    Oktober 12, 2010 pukul 5:03 pm

    nice post boz…
    ane pernah liat,malah ampe 4x
    gak percaya?nih daerahnya(sory ane ga bs terlalu detail) “pantai …..”
    pengalaman pertama :
    september 2008 ane backpacker daerah itu slama 4 hari.trus kenal penduduk lokal (pa dayat) katanya dia tau sarangnya,dia minta no camera,no press,no publikasi. karna ane penasaran pengen liat,dia anterin ke tempat yg bisa liat jelas tuh “maung”.jarak ane ama tuh ‘maung” 20-50meteran,posisi tempat “ngintip” lebih tinggi 5meteran.gagah,segede motor,warnanya indah,gemeter ngeliatnya.gesek2 tubuhnya ke pohon,nyakar2 pohon,muter2 pohon and tiduran.jangan sampai dia ngeliat kita,lantaran dia bakalan puasa 40 hari kalo ngeliat manusia (ane ga percaya kalo itu mah)
    some time you will trust me….

    • Januari 14, 2011 pukul 11:29 pm

      wah… Kang Werlington, kalau dilihat dari persyaratannya tersebut… bahkan sampai 4x, seharusnya Anda pakai vidio ‘investigasi”….
      kan itu tidak termasuk yang dipantang….(no camera, no press, no publikasi)……
      itupun jika Anda memang peduli KONSERVASI
      sebab bukti visual itulah yang ditunggu DUNIA….
      untuk membelalakkan MATA…
      tapi memang tidak cukup untuk MEMBELALAK saja…
      harus ada konsep yang jelas agar pengelolaan HUTAN JAWA lebih amat serius….
      TIDAK HUTAN ADALAH KAYU….. saja…!!!!!!!!!!!

    • 3 Javan Tiger Lover
      April 11, 2011 pukul 5:29 pm

      Tepatnya di pantai mana itu bosss yg penampakan harimau Jawa sampe 4 kali? Penasaran neh, walo rada2 gak percaya juga. Lagian kok aneh, salah satu syaratnya “no camera”. Bukankah kalo orang tau sesuatu yg sangat rahasia biasanya dia malah akan bangga dan pengin orang lain tahu bahwa rahasia yg dipegannya itu memang beneran (beneran harima jawa masih ada), bukan bohongan.

      • Mei 24, 2011 pukul 2:22 am

        Bagi saya, informasi tentang maish dijumpainya harimau jawa sudah sangat mendukung bagi aktivitas pergerakan kami. Mungkin, itulah cara mendidiknya orang jawa. Tidak mau menyuapi peserta didik, tetapi memberi rangsangan dan KAIL, sehingga mau bergerak, mau berusaha, mau melakukan riset. Banyak juga saya menjumpai kesaksian pelihat loreng jawa yang mensyaratkan gak bawa kamera, bahkan salah satunya adalah seorang Doktor (beliaunya sejak 1986 melakukan pemantauan harimau jawa secara langsung), tetapi beliau tak mau melakukan pemotretan, dari penuturan Beliau, saya sempat dihinggapi sikap acuh dan apatis atas informasi beliau. setelah saya kejar kenapa harus konservasi secara diam yang dilakukan…. beliau hanya menjawab: Pemerintahan kita di Indonesia masih dijangkiti sifat KORUPSI (baik Eksekutif-nya; Yudikatif-nya bahkan Legeslatifnya), nanti malah dana untuk konservasi harimau jawa malah diselewenkan…. Yang terpenting, bagaimana kita melindungi hutan sebagai habitatnya dan menjaga satwa mangsanya, supaya kelangsungan hidupnya terjaga.. (kata Beliau). Tapi dari informasi tersebut, saya semakin “memburu” dengan melakukan kajian riset atas lokasi-loasi yang disebutkan Pak Doktor tersebut. Kita hanya masih “kalah” di peralatan kamera trap. itu saja menurutku. Sebab, banyak sampel sisa pembunhan yang telah saya koleksi. dari pembunuhan harimau jawa 1995 s/d 2008. Informasi sekecil apapun, bermakna besar bagi kami penggiat advokasi harimau jawa… salam lestari.

  2. Oktober 29, 2010 pukul 2:39 am

    nice info….salam kenal
    check it out.. click

  3. 6 AAA
    Desember 9, 2010 pukul 1:52 pm

    Harimau Jawa sudah tewas….
    http://www.berita2.com/daerah/jawa/8055-macan-merapi-itu-ternyata-telah-mati.html

    berita2.com (Sleman): Dimanakah gerangan macan Merapi yang pernah menggemparkan warga saat Gunung Merapi memuntahkan awan panas? Banyak orang mencarinya termasuk pawang macan dari kebun binatang.

    Tiba-tiba warga Dusun Tlogowono, Tegaltirto, serta Berbah, Sleman, Yogyakarta, Rabu (8 Desember 2010), digemparkan dengan penemuan seekor macan. Macan itu ditemukan mati di dam atau tanggul Kali Kuning. Diduga, macan ini mati sejak dua hari lalu akibat terseret arus banjir lahar dingin Gunung Merapi.

    Petugas Search and Rescue (SAR) Yogyakarta yang menyisir di sekitar aliran Kali Kuning baru bisa mengevakuasi bangkai hewan tersebut pukul 17.00 WIB. Ketika ditemukan kondisi bangkai macan terapung di tengah Dam Kali Kuning.
    Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, seperti dilansir liputan6, macan tersebut berkelamin jantan. Bangkai macan itu kemudian di bawa ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) Yogyakarta untuk diteliti lebih lanjut.

    Sementara itu, banjir lahar dingin Merapi yang meluap dari Sungai Putih menuju Jalan Raya Magelang di Dusun Gempol menutup jalan hingga 300 meter. Banjir setinggi satu meter ini datang secara tiba-tiba menembus jalan dan permukiman warga

    • Januari 14, 2011 pukul 11:17 pm

      KALAU TERKENA LAHAR DINGIN ABU VULKANIK MERAPI…. MAKA WARNA TANAH DI FOTO HARIMAU LORENG YANG MATI ITU SEHARUSNYA ABU-ABU……
      BUKAN MERAH KECOKLATAN SEPERTI GAMBAR DI FOTO berita2.com tersebut…

      MOHON JANGAN MEMBUAT “KEBOHONGAN ILMIAH”…… ATAU MENYEBARKAN “KEBOHONGAN ILMIAH’ TERSEBUT….

      didik-pkj….

  4. 8 ucil.
    Januari 27, 2011 pukul 8:38 pm

    sekedar info:
    1.ada seorang masarakat dusun kalipagu kec baturaden kab bms *gnSLAMET* yg pernah becerita pd saya:” mas aku kemarin2 dapet anakan macan loreng siyal bgt” (orang itu biasa memasang jerat untuk babi) tp tgl dan waktunya ak lupa yg jelas thn 2010.
    2.waktu ak jalan2 ma temen2 di lereng barat gn Slamet nemuin jejak macan . ak g taw pasti macan ap itu yng jelas jejaknya lumayan besar seukuran kepalan orang dewasa….. (thn 2008)

    mohon di sidak ya… demi anak cucu kita….

  5. 9 javantigerlovers
    Juni 15, 2011 pukul 9:51 am

    penelitian tentang eksistensi harimau jawa sampai sekarang masih ada atau tidak?team nya dari mana bro?dan bagaimana pendanaannya untuk penelitian?

    • Juni 15, 2011 pukul 2:48 pm

      masih, saya secara pribadi dan kami dari Peduli Karnivor Jawa masih melakukannya. Untuk sekarang (saat ini) sedang pemantauan menggunakan kamera trap (pinjaman). Timnya masih dari PKJ bersama penduduk lokal. Pendanaan masih swadaya…

  6. 11 want to know
    September 7, 2011 pukul 8:04 am

    Nice post. Soal yang harimau di lereng Merapi itu, kenapa ga dikejar ke BKSD Yogyakarta Mas? katanya diteliti di sana. siapa tau memang benar kan jadi bukti baru kalo javan tiger masih ada. dulu, sekitar tahun 2000, saya pernah dengar ada harimau yang masuk ke rumah penduduk, tapi kemudian dibunuh. di sekitar gunung Lawu, Karanganyar.kalo tidak salah di harian suara merdeka beritanya.tapi saya dengar dari beberapa penduduk lokal, beberapa masih bisa melihatnya secara langsung, tapi ya itu tadi, ada syaratnya kaya yang dibilang mas di atas itu, ga boleh bawa kamera, ga tau kenapa. tapi mungkin juga itu lebih baik melihat kebiasaan masyarakat kita. kalo ketahuan ada yang memfoto harimau tersebut di suatu daerah, pasti pemburu-pemburu akan bersegera mencari dan membunuh harimau tersebut. karena di daerah sekitar solo, kebanyakan orang mencari bagian harimau ini untuk jimat, khususnya paling banyak di daerah wonogiri. yah, semoga harimau Jawa bisa bertahan.

  7. 12 farand
    Mei 7, 2012 pukul 1:25 pm

    Maaf pak sya ingin tanya saya sendiri masih duduk di SMP namun ingin tau tentang harimau dan saya tergila2 dgn harimau termasuk harimau jawa & siberia
    1.Tentang kamera trap bagaimana apakah dapat?
    2.Apakah harimau jawa surainya selebat harimau sumatera dan sebagaimana habitatnya?
    3.Apakah ada crew dari penelitian yang menemukan / melihat harimau jawa? Betina atau jantan
    Saya punya saran pak bgaimana jika berusha memancing harimau dengan rekaman suara harimau sumatera pada musim kawin harimau jawa mungkin berhasil
    Terimakasih

    • Agustus 3, 2012 pukul 2:01 am

      Jwb:
      1. tentang kamera trap masih belum mendapat gambarnya, hanya saja kalau investigasi datar sudah menemukan bukti bekas aktivitasnya.
      2. bisa dibandingkan sendiri dgn foto koleksi yg ada di blog ini: “the huge body”….. (ini foto harimau jawa “PALING BARU” didunia yg menggambarkan besarnya sosok tubuh harimau jawa).
      3. kalau krew yg meneliti, masih belum pernah berjumpa langsung; kalau mendengar suara auman, saya pribadi pernah mendengarnya th 1997 sewaktu ekspsedisi di Jawa Timur. Aumannya keras dan mantab, suaranya berat…, terdengar mengaum 5 kali dengan interval antar auman sekitar 3-4 menit. posisi kami di tengah hutan sekitar 2 hari jalan kaki, vegetasi campuran antara bambu dan hutan heterogen dan ada aliran sungai.

      Terimakasih sarannya, yg pernah di coba adalah memancing dengan bau urine harimau sumatra betina yg bunting dari KBS Jatim, namun selama dua minggu tidak ada satwa yng melintas di depan kamera, baik landak, kijang dan babi hutan yg biasa melintas menjadi tidak pernah melintas.

      Kalau suara, kami masih kesulitan merekammnya. suara auman di KBS Jatim, juga pernah kami rekam th 1997, namun belum berhasil terekam, sebab suaranya bass, mungkin masih keterbatasan alat perekam kami, sehingga yg terekan hanya suara” trible saja. Begitu juga sewaktu th 1997, kala suara auman kami dengar, juga kami rekam, namun yang masuk rekaman hanya suara tribel seperti: gemericik aliran sungai, bunyi serangga hutan dan suara katak.

  8. 14 farand
    Mei 10, 2012 pukul 2:59 am

    Pak kalo yg ini foto harimau jawa yg asli bkan pak mohon maaf kalo salah? http://www.lptp.or.id/news-detail.php?id=7&topic=1289745269

    • Agustus 3, 2012 pukul 1:50 am

      itu foto bangkai macan tutul jawa (Panthera psrdus melas) sudah saya analisis fotonya dan saya bandingkan dg foto macan tutul yg lain, pola kembangan tubuh berupa noktah melingkar atau bentuk rosset sangat terlihat di bagian muka (wajah), perut samping dan bahu depan. memang dikarenakan terjangan awan panas yang sangat panas, maka membuat sebagian rambut terbakar sehingga terkelupas. selain itu panas tinggi yg mendadak juga mengakibatkan otot tubuh menjadi matang cepat sehingga tertarik, maka seolah-olah kaki depan kanan menjadi agak memendek.

      • 16 muchlas
        Februari 12, 2014 pukul 10:42 am

        maaf ikut nimbrung,saya dulu anggota pecinta alam,saya ikut prihatin kondisi satwa di jawa hususnya harimau jawa yg sudah di klaim punah internasional.,kalo boleh saya ikut gabung dalam penelitian,insy saya masih jago gunung hutan,saya siap hidup di hutan untuk mencari harimau jawa,saya dulu sering di ceritain bapakku tetntang harimau jawa,beliau pernah melihat kalo lagi main di kakeknya di ngantang,malang jatim. Katanya harimau itu sarangnya ada di gunung kemukus…,tapi itu cerita bapakku waktu aku masih kecil sekitar tahun 90 an..,semoga saja si raja hutan ini masih ada.amin.

  9. September 10, 2012 pukul 3:35 pm

    Saya Orang Jember Mas, jadi dekat ke TNMB. Tapi terus terang saya tidak pernah masuk kawasan hutan tersebut. Kalau ke kawasan Argopuro, saya ahlinya (Dulu saya sering berburu Burung-Burung Besar Termasuk Elang, Tapi Sekarang Insyaf). Kapan-kapan saya usahakan bisa masuk ke TNMB selama beberapa hari atau sebulan sambil bawa ACCU, Pengeras Suara, Kamera dan handphone atau bahkan laptop. Akan saya putarkan rekaman auman harimau benggala yang diambil dari sebuah film barat tentang 2 harimau bersaudara. Siapa tau, rekaman suara itu bisa memancing harimau jawa keluar.

    Ini Ide Aneh, tapi moga-moga terlaksana…Amin……..

  10. Desember 20, 2012 pukul 12:26 am

    Ada berita bahwa suatu spesies yang telah dinyatakan punah, ternyata puluhan bahkan ratusan tahun kemudian tiba-tiba muncul tak terduga. Oleh karena itu saya yakin kalo di daerah-daerah hutan yang menurut penduduk lokal memang masih melihat penampakan sang kyai loreng, selama hutan tersebut masih tersedia mangsa bagi panthera tigris sondaica itu. Saya berharap si kucing besar itu tetap damai hidup di dalam hutan tanpa terusik manusia yang terus menerus mendesak habitatnya. Teruskan perjuangan Mas Didik, segelintir anak bangsa yang masih giat dan perduli dengan harimau jawa yang misteri ini. Bravo!

  11. Februari 14, 2013 pukul 12:12 am

    aku pas kuliah kmrin punya teman anak cepogo “boyolali” dia punya tegal di lereng merapi , pas dia lg mau cari ruput di sana dia lihat ada bnyak sekali tepak itu macan katane tepaknya gede gede tapi sampai sekarang itu macan juga ga pernah muncul cuman tepak sama cakar2 di pohan yg dilihat dia melihatnya pas sd mungkin sekiar 2002

    terus tahun 2011 saya pelatihan pendidikan tni aku punya teman dari blora , kebetulan bapaknya bekerja mejadi polisi hutan, di hutan blora yg terkenal angker, aku pernah bertanya tentang macan , dan dia bilang pada saya katanya harimau jawa itu masih ada disana , bahkan ayah nya sering melihat harimau dengan anak anaknya berkeliaraan disana, pernah suatu hari bapaknya berpatroli di hutan melihat anak harimau tersesat tapi didiamkan ditinggal pergi karena dia takut, pernah aku pengen melihat kesana , tapi dia bilang terlalu beresiko soale kalau pengen melihat itu harimau harus masuk ke pedalaman hutan, yg jarang dijamah manusia karena di blora seokor macan itu dianggap sangat sakral jadi jika seorang melihat macan langsung dia pergi ga ada yg berani membunuh macan disana karena mereka meyakini macan macan disana dilindungi “macan putih segede rumah” mitos nya

    tapi boleh dilakukan penyelidikan di hutan blora soale disanan masih bnyak ditemui ayam hutan, kijang, kancil,babi hutan, dan banyak hewan lainya yg menjadi makanan alami sang hariamu jawa,

    dan lebih banyak orang yg melihat hariamu disana

  12. Februari 14, 2013 pukul 12:15 am

    https://www.facebook.com/zergen.devilagoezmbluedoezz?fref=ts ini fb teman saya bisa langsung tanya2 , babenya menjadi polisi hutan di blora , kalau ada penyelidikan disana bisa ajak saya mas , aku juga pengen mencari cuman ga punya team

  13. Juni 10, 2014 pukul 5:01 am

    GOOD info yang sangat menarik..
    NICE
    salam kenal aja yaa 😉

  14. April 29, 2015 pukul 7:45 am

    bedanya harimau jawa dan harimau sumatera apa gan?
    terimakasih 😉

    • Februari 28, 2022 pukul 3:26 am

      pembeda utamanya adalah habitat huniannya, Pak.
      Lalu corak anatomi bagian tengkorak kepala, dimana harimau jawa mempunyai os nares (tulang hidung) agak lebih sempit dan memanjang, sedangkan harimau sumatera lebih pendek (pesek).

  15. Desember 11, 2015 pukul 6:58 am

    semoga berhasil..dan harimau loreng jawa masih ada dan nyata

  16. Januari 31, 2016 pukul 2:44 pm

    maaf koment agak terlambat..saya hanya bisa kasih masukan terkait hambatan berkaitan dengan aturan (hukum) tentang pembuktian masih existnya harimau jawa, saya menyarankan bagi rekan rekan yang mempunyai teman advokad (pengacara) agar dirangkul…karena saya menyadari bahwa semisal ditemukan harimau jawa dalam keadaan hidup / mati, itu perlu ijin / pemberitahuan oleh beberapa instansi terkait…

    • Februari 28, 2022 pukul 3:24 am

      Siap, Pak Edy Irya.
      Terimakasih atas Masukannya.

      Dan Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) sudah kami dapatkan fotonya tahun 2018 dari warga tepi hutan jati di Jawa Tengah.

      Salam Lestari

  17. 30 Peace
    September 1, 2016 pukul 3:19 am

    Harimau Jawa itu masih ada. Cuma memang kendalanya adalah belum ada yang berhasil merekamnya karena kendalanya seperti yang dibahas diatas tadi. Kita berlomba dengan pemburu. Salah satu penyebab perburuan adalah karena masih banyaknya masyarakat yg percaya bahwa bagian2 tubuhnya bisa dijadikan jimat, belum lagi permintaan dari pasar Tiongkok. Penyadaran pada masyarakat harus kita lakukan secara intensif. Selamat berjuang menemukan & menyelamatkan Harimau Jawa teman-teman….


Tinggalkan komentar


Risearcher

Kliping

Oktober 2010
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031

Bacaan